Kamis, 16 Februari 2017

Konsep Cinta dan Kasih Sayang dalam Ajaran Agama Islam

Kasih sayang merupakan salah satu kesempurnaan yang ada pada diri manusia. Dengan rasa kasih sayang, seseorang dapat merasakan penderitaan yang dirasakan oleh orang lain. Dan dengan rasa kasih sayang tersebut mereka berusaha untuk menghilangkan penderitaan yang dirasakan oleh orang lain. Tanpa rasa kasih sayang manusia akan turun derajatnya sehingga setara dengan hewan. Bahkan lebih buruk dari hewan, karena hewan masih memiliki rasa kasih sayang seperti seekor induk ayam rela mengerami telur-telur hingga menetas. Ketika telah lahir, anak-anaknya pun tidak dibiarkan begitu saja. Mereka diajari untuk mencari makan, bertahan untuk hidup, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kekejaman merupakan kemunduran dari fitrah manusia dan merosotkan kedudukannya ke tingkat nafsu hayawaniyah (hewani) dan bahkan lebih jauh lagi ke tingkat benda yang tidak berkesadaran dan tidak bergerak.

Merupakan suatu yang tidak dapat dipungkiri bahwa sifat ini dapat membuat orang turut serta merasakan penderitaan orang lain, turut merasa gembira bila melihat orang lain senang yang dapat mempersatukan individu manusia menjadi satu tubuh, satu hati, dan satu semangat. Apabila sifat ini telah tertanam dalam jiwa seseorang, maka betatapun besarnya kesulitan yang dihadapi tentu dapat teratasi. Tetapi sebaliknya, betapapun bagus dan rapinya sistem pemerintahan yang ada di dunia ini tidak akan banyak manfaatnya jika tidak didasari dengan rasa kasih sayang.

Sebagai agama, Islam mengakui adanya prinsip-prinsip kemanusiaan. Manusia bukanlah malaikat yang selalu berbuat kebaikan. Dan manusia juga bukan syetan yang selalu melakukan dan mengajak kepada hal-hal yang buruk. Akan tetapi, manusia adalah makhluk yang memiliki daya tanggap dan perasaan, mempunyai keinginan, hasrat dan harapan.

Konsep Cinta dan Kasih Sayang dalam Ajaran Agama Islam 02
Ungkapan dan ekspresi kasih sayang adakalnya nampak formal dan adakalanya tidak terlihat (abstrak) karena kasih sayang adalah cerminan dan refleksi hati. Kasih sayang bukanlah rasa kasihan tanpa disertai akal pikiran yang sehat (rasional) dan bukan pula rasa kasihan tanpa mengindahkan keadilan dan ketertiban. Bukan kasih sayang yang membabi buta, tanpa batas sehingga menyepelekan norma dan tanpa dasar ajaran yang jelas. Kasih sayang justru merupakan ungkapan perasaan yang wajib mengindahkan dan menghargai kewajiban tersebut di atas.[1]

Idealitas kasih sayang yang dituntut oleh agama ialah seperti yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. Beliau telah mengajarkan bahwa ukuran kasih sayang optimal yang semetinya diberikan kepada makhluk Allah adalah seperti kasih sayang pada diri sendiri. Sebaliknya jika kasih saying pada diri sendiri tidak berbanding lurus dengan kasih sayuang pada orang lain, Rasulullah menilainya dengan sebutan “tidak beriman”. Dengan demikian, kualitas keimanan menunjukkan kepekaan rasa untuk mengasihi orang lain.[2] Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ قَالَ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ[3]

Bentuk kasih sayang Rasul sangat terlihat dari keseharian beliau. Dalam suatu hadis yang diriwiyatkan oleh Abu Hurairah ra. Nabi bersabda:

حدثنا أبو اليمان: أخبرنا شعيب، عن الزُهري: حدثنا أبو سلمة بن عبد الرحمن: أن أبا هريرة رضي الله عنه قال:
قبل رسول الله صلى الله عليه وسلم الحسن بن علي وعنده الأقرع بن حابس التميمي جالساً، فقال الأقرع: إن لي عشرة من الولد ما قبلت منهم أحداً، فنظر إليه رسول الله صلى الله عليه وسلم ثم قال: من لا يرحم لا يرحم[4]

Tampak jelas rasa kasih sayang atau cinta Rasul yang pada konteks hadis tersebut ditujukan kepada Hasan bin Ali ra. cucu beliau. Ini merupakan suatu pelajaran bagi sahabat Aqra’ bin Habis, karena ia tidak pernah mengekspresikan rasa kasih sayangnya kepada sepuluh anaknya. Sehingga nabi menyimpulkan bahwa orang yang tidak mengasihi orang lain maka ia tidak akan dikasihi. Pernyataan ini memiliki makna yang sangat luas. Manusia sebagai makhluk sosial harus memiliki rasa kasih sayang kepada setiap makhluk yang ada di muka bumi. Sangat aneh kemudian jika ada orang yang tidak memiliki rasa kasih sayang dalam dirinya, karena setiap hari ia pasti berinteraksi dengan lingkungannya, baik itu manusia yang lain, hewan, atau tumbuhan. Oleh sebab itu, sudah sepatutnya bagi setiap individu untuk memupuk rasa kasih sayang dalam diri agar senantiasa terjadi hubungan timbal balik yang baik antar sesama makhluk.

حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِي قَابُوسَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ[5]

“Para pengasih akan dikasihi oleh Allah Yang Maha Pengasih, Mahasuci, dan Mahatinggi. Kasihilah makhluk yang ada di muka bumi, niscaya yang ada di langit (malaikat) akan mengasihi kalian.”

Dalam buku Nasaihul ‘Ibad, Imam Nawawi Al-Bantani menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan makhluk yang ada di muka bumi itu tidak hanya manusia, tetapi juga termasuk binatang yang kita tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Kita dianjurkan untuk mengasihi sesama manusia juga makhluk hidup lainnya dengan memberikan kasih sayang dan mendoakan mereka supaya mendapat rahmat Allah serta ampunan-Nya. Dengan begitu, malaikat yang ada di langit, yang jumlahnya lebih banyak daripada penduduk bumi akan mengasihi kita.

Namun, kita tidak diperkenankan untuk mendoakan seluruh kaum muslim supaya diampuni seluruh dosanya. Begitu pula kita dilarang mendoakan seorang yang sangat fakir agar memperoleh uang sebanyak 100 dinar, sementara tidak ada jalan atau upaya yang mudah baginya untuk bisa meraih uang tersebut, dengan mengatakan bahwa itu termasuk bentuk kasih sayang terhadap sesama makhluk, sebab yang demikian jelas bertentangan dengan nash-nash syara’.[6]

Selanjutnya, yang menjadi hal yang menjadi titik tekan adalah korelasi antara iman dan kasih sayang atau cinta. Dalam suatu teks hadis yang berbunyi:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ قَتَادَةَ يُحَدِّثُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ[7]

Artinya: “Tidak sempurna iman salah seorang kalian sehingga Aku lebih dicintai olehnya dibanding anak, orang tua, dan manusia lainnya.” (HR. Muslim)

a) Mencintai Allah

Dapat kita peroleh informasi bahwa kesempurnaan iman seseorang ialah ketika ia mampu memberikan cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi cintanya kepada selain beliau. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh cinta Ilahi ialah dengan menumbuhkan cinta dengan benar-benar beriman kepada Allah.[8] Keimanan yang sesungguhnya adalah keimanan yang mampu menggerakkan kesadaran baru kepada suatu tindakan, sikap dan perilaku yang mendatangkan ridha Allah. Cinta akan tumbuh dari rasa percaya (iman) sebagai benih cinta tersebut. Ketika rasa cinta kepada Allah telah bersemayam dalam hati, secara otomatis cinta kepada makhluk-Nya pun akan muncul dengan sendirinya. Cinta seorang hamba kepada Allah dapat diketahui dengan bagaimana cara ia berbakti kepada-Nya.

Tanda-tanda orang yang cinta kepada Allah adalah sebagai berikut:

1) Ia senantiasa mengikuti ajaran-ajaran Nabi Muhammad, karena dengan demikian berarti ia telah mencintai Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Ali Imran: 31, yang artinya: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

2) Ia senantiasa ikhlas dalam mematuhi segala perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya, karena ikhlas merupakan ruhnya ibadah. Cinta kepada Allah memerlukan pengorbanan yang betul-betul ikhlas, yakni tidak merasa berat dalam mengabdikan diri (beribadah) kepada-Nya. Cinta kepada Allah merupakan nyawanya iman dan merupakan syarat sahnya iman.[9]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

fakta fakta daniel padila dipangako sayo

Siapa yang tak mengetahui tentang serial drama Filipina  Pangako Sa’yo , Banyak yang menyukai dengan drama ini yang kini tayang di stasiun ...